Sabtu, 31 Mei 2014

BAHTERA SANDJAYA




Disinilah rumahku
Diatas bening nan biru tumpuanku  
Kadang tenang berkawan
Datang gelombang rumahku berdendang
Bergoyang dengan sang ombak

Semilir angin malam menyibak
Diiringi rintik hujan menapak
Deru gelombang memuncak
Pertanda keadaan tak bersahabat

Itulah kehidupan kawan
Kadang tenang dan juga menantang
Jangan berpaling ulah cobaan
Silih berganti bak air pasang dan surut bergantian
Dengan kekodratannya

Dan kala rumahku telah menepi
Disisi dermaga yang menanti
Ku ingin malam jangan menutupi
Cahaya hati dan rasa rindu yang mewarnai kesepian hati…!!!


Dermaga Dufa-Dufa, 2005
By. Impep “Ket@panG” Falez 


DALAM KESENDIRIANKU


      
Kucoba lalui hari-hariku dalam kehampaan, mengitari peradaban zaman tanpa ada yang mendampingiku. Kubuktikan aku tetap tegar berdiri melawan kegetiran hatiku bersama sang waktu, yang mana selalu mencampakan semua kepedulian terhadapnya, kurajut kembali benang-benang kita yang kusut, jadikan selimut kehangatan yang akan menemaniku disetiap aku membutuhkan hangatnya sebuah belaian kasih sayang. Ku bercermin dari kepribadianku, bahwa bukanlah suatu kekejaman akhir dari suatu perjumpaan, tapi sebagai sebuah momentum pengalaman bagi setiap insan yang bertalian dengannya. Akankah inilah awal dari sebuah peradaban baru bagi diriku, dan selayaknya mesti demikian harus kujalani, walaupun diperhadapkan dengan berjuta prahara yang siap menentang langkahku. Dunia ini adalah sebuah persinggahan kita, tempat berpijaknya kaki dan semua persoalan hidup manusia, juga sebagai tempat peristirahatan sementara untuk menuju keabadian hakiki yang nyata, tempat melepaskannya kepenatan dunia yang penuh dengan kepalsuan dan syarat akan teka-teki yang tak pasti.
        Aku tetap dalam kesendirianku, mencoba merenungi kehidupan ini, kehidupan yang terus menyeretku kedalam kenistaan yang penuh dengan kekejian dan kekejaman, diantara dosa-dosa yang kian terus membuntuti alam pikiranku dan takan pernah berhenti menyalami dengan kenikmatan dunia dan perhiasannya. Dan baru kumengerti semuanya hanya penipuan hawa nafsu belaka, hingga kulupa bentuk wajahku, ku tak terbayangkan lagi awal kejadianku yang sempurna dan suci itu, seyogiyanya kita mesti mengenali diri kita sendiri.
        Masih dalam kesendirianku, tertegun dipersimpangan alam pikiran dan mengiming-iming akan sebuah pengharapan. Kupaksakan tetap bertahan menentukan arah yang pasti. Melangkah, dan susuri tangga demi tangga dihadapanku, yang konon katanya, penuh onak dan duri, berliku-liku dan terjal nan curam. Tapi, itulah kehidupan, kita harus bergeluti dan berbaur dengan semua persoalan bahkan tantangan sekalipun, kadang kita tak pernah mengerti bahwa segala persoalan hidup yang diperhadapkan kepada kita, merupakan sunnahtullah yang dibaliknya tersimpan rahmat kenikmatan yang kita tak pernah tahu sebelumnya.. Berbahagialah mereka yang penuh kerendahan dan ketabahan hati menerima ujian-ujian hidupnya demi tercapainya “SEGALA YANG TERINDAH”…….
Bastiong. Februari, 2005
    By : Impep “Ket@panG” Falez